Mediabahri.com — Banten - Jakarta. Perjuangan seorang ibu tunggal untuk menyekolahkan anaknya di SMP Negeri 255 Klender menjadi potret nyata dari tantangan sistem penerimaan siswa baru di Jakarta. Ibu berinisial W, seorang karyawan swasta di bidang akuntansi, mengungkapkan keinginannya agar sang anak dapat melanjutkan pendidikan di sekolah negeri terdekat, yang hanya berjarak sekitar 600 meter dari tempat tinggal mereka.
Namun, harapan itu tidak berjalan mulus. Sang anak, yang baru berusia 13 tahun dan merupakan lulusan SDN 22 Klender Pagi, dikabarkan belum tentu bisa diterima karena usianya dianggap terlalu muda. Selain itu, persoalan zonasi juga menjadi hambatan. Meskipun secara geografis rumah W sangat dekat dengan sekolah, perbedaan administrasi wilayah—rumah berada di Kelurahan Duren Sawit sementara SMP Negeri 255 berada di wilayah Kelurahan Klender—menjadi alasan tidak masuknya sang anak dalam zona penerimaan sekolah tersebut.
“Saya sudah coba ke sekolah, bertemu langsung dengan guru yang menangani penerimaan siswa baru. Beliau minta saya datang lagi tanggal 2 nanti, bawa semua berkas yang diperlukan seperti nilai rapor kelas 4, 5, 6, nilai akhir kelas 6, dan Kartu Keluarga,” ujar W kepada jurnalis saat ditemui.
Meski menghadapi berbagai kendala, W tetap optimis dan tidak menyerah. Ia berharap ada kebijakan khusus dari pihak sekolah atau pemerintah daerah yang dapat mempertimbangkan kondisi sosial dan jarak rumah sebagai faktor utama dalam penerimaan siswa.
Kisah W menjadi satu dari sekian banyak suara masyarakat yang berharap sistem zonasi dan seleksi masuk sekolah negeri bisa lebih adil dan berpihak pada kebutuhan riil warga, khususnya mereka yang secara ekonomi dan geografis berada dalam jangkauan sekolah tujuan.
( Red )