Gerakan Rakyat: Ketika Akar Rumput Menantang Elit Nasional

Zulkarnaen_idrus
0


Jakarta, mediabahri.com – Dari lorong-lorong sempit kota hingga pelosok desa, sebuah gelombang perubahan mulai menggeliat: Gerakan Rakyat. Bukan sekadar nama, tapi sebuah energi yang diklaim lahir dari bawah, tumbuh liar namun terarah—menantang struktur kekuasaan yang selama ini elitis.


"Gerakan ini sudah ada di hati kita. Alhamdulillah," ujar seorang penggerak dalam sebuah forum internal yang digelar baru-baru ini. Ia menyebut, Gerakan Rakyat kini telah menjangkau hampir 500 kota dan kabupaten di 38 provinsi. Satu pesan yang ditegaskan: ini bukan gerakan pesanan elite, tapi inisiatif murni warga.


Presiden Jokowi mungkin belum kenal satu per satu penggeraknya, dan itu bukan masalah. Justru di situlah mereka merasa kuat—karena rakyat bergerak tanpa komando, tanpa menunggu restu kekuasaan.


Panca Karya: Lima Senjata Utama Gerakan

Gerakan ini tidak datang dengan tangan kosong. Mereka membawa Panca Karya, lima agenda utama yang akan jadi amunisi dalam menembus panggung nasional:

  1. Struktur hingga ke akar – Organisasi dibangun dari pusat hingga RT-RW. "Kemerdekaan bukan hadiah. Ia lahir dari perjuangan, dan itu harus terus dirawat," tegas mereka.

  2. Domisili dan legalitas resmi – Gerakan ini bukan gerakan liar. Mereka mengantongi akta notaris, SK Kemenkumham, dan tengah bersiap menyambangi DPR, Kemendagri, hingga Kesbangpol.

  3. Simbol dan tokoh sebagai identitas – Warna, logo, dan wajah-wajah pergerakan mulai diperkenalkan. "Seperti Rasulullah memperkenalkan Islam, kami pun punya nilai yang ingin ditanamkan," ucap salah satu tokohnya.

  4. Perang di medan digital – Dari YouTube hingga baliho, mereka tahu medan laga telah berubah. "Dulu kalau cari kata ‘rakyat’ munculnya gereja. Sekarang, gerakan rakyat tampil dengan napas baru," seloroh seorang aktivis.

  5. Aksi nyata di lapangan – Donor darah di Aceh, Jumat Bersih di Jawa Tengah, hingga aksi-aksi simbolik di jembatan—semua dirancang sebagai pembuktian bahwa mereka lebih dari sekadar narasi.


Menuju Rapat Puncak: Rapat Pimpinan Nasional

12 Juli nanti, semua akan diuji. Rapat Pimpinan Nasional digadang sebagai momen konsolidasi besar-besaran. Pengurus dari seluruh Indonesia akan melapor: soal kerja, tantangan, dan sejauh mana rakyat benar-benar percaya pada gerakan ini.


Tak berhenti di sana, mereka pun tengah merumuskan Arca Tantangan—lima prinsip ideologis agar gerakan ini tidak disesatkan oleh kekuasaan:

  • Bukan alat elit, tapi alat perjuangan rakyat.
  • Aspiratif, bukan menara gading.
  • Transparan dan terbuka.
  • Bersuara untuk rakyat, bukan sekadar politik.
  • Menjadi ruang bebas anak muda.


Bukan Musiman, Tapi Jalan Panjang

Di penghujung acara, harapan menyeruak. Mereka ingin gerakan ini bukan euforia sesaat, bukan kendaraan politik instan. Mereka bermimpi: menjadi kekuatan politik besar—bukan karena haus kuasa, tapi karena dipercaya rakyat.


"Kalau kita punya semangat dan arah yang jelas, insya Allah kita akan sampai di puncak. Bukan puncak kekuasaan, tapi puncak kemenangan rakyat," tutupnya.

Laporan: Eny | Editor: Tim Bahri

Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)

#buttons=(Lanjutkan, Go it!) #days=(20)

Terima Kasi sudah berkunjung ke Media Bahri, Info Lewat WhatSapp Hubungi Sekarang
Ok, Go it!