Jakarta, Mediabahri.com — Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Arif Budi Raharjo, mengungkapkan detail mengejutkan seputar upaya pengejaran terhadap buronan Harun Masiku. Dalam sidang lanjutan kasus dugaan suap dan perintangan penyidikan dengan terdakwa Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, Arif menjelaskan bahwa keberadaan Harun terdeteksi berpindah-pindah secara tidak wajar berdasarkan sinyal ponsel.

“Kami mendeteksi posisi Harun Masiku, tapi lokasinya terus berubah-ubah. Kadang dekat, kadang jauh. Seolah-olah dia lompat-lompat,” ungkap Arif tegas saat bersaksi di Pengadilan Tipikor Jakarta, Jumat (16/5/2025).

Arif menuturkan bahwa dirinya berada di Thamrin Residence — tempat tinggal Harun — saat operasi tangkap tangan (OTT) pada 8 Januari 2020 terhadap Wahyu Setiawan, Agustiani Fridelina, dan Saeful Bahri berlangsung. Namun, Harun sudah tidak berada di sana.

Menurut Arif, data pergerakan Harun sangat mencurigakan. Pada pukul 15.00 WIB, saat tim hendak bergerak ke Thamrin Residence untuk melakukan penangkapan, sinyal Harun justru muncul di sekitar Hotel Grand Hyatt, Jakarta.

“Pergerakan Harun terhenti cukup lama di Grand Hyatt. Tim S kemudian melaporkan bahwa dia terlihat mondar-mandir di sana dengan baju merah marun,” ungkapnya.

Khawatir kehilangan jejak, Arif langsung menginstruksikan tim S untuk melakukan pemantauan ketat. “Saya tegaskan, jangan sampai dia hilang. Pantau terus,” katanya.

Karena lalu lintas macet, Arif mengaku harus turun dari mobil dan berlari menuju Grand Hyatt demi memastikan keberadaan Harun. Meski upaya sudah maksimal, Harun kembali berhasil lolos dan hingga kini masih menjadi buronan.

Kesaksian Arif semakin menguatkan sorotan publik terhadap lambannya penangkapan Harun Masiku yang telah buron selama lebih dari lima tahun. Dugaan adanya bantuan dan perintangan dari pihak-pihak tertentu pun terus mencuat dalam proses hukum yang menyeret tokoh penting partai politik. (Redaksi)